Madiun, Kebebasaninformasi.org – Memperingati Hari Pers Nasional yang jatuh pada tanggal 9 Februari, Forum Wartawan se-Eks Karesidenan Madiun (FWM), memperingati Hari Pers Nasional (HPN), dengan melaksanakan sarasehan bertema “Keterbukaan Informasi Publik dan Peran Pers” Kamis(12/2/2015).

Sarasehan yang digelar di Gedung kantor Camat Taman tersebut, dihadiri forpimda maupun Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) kota/kabupaten Madiun serta wartawan se eks karesidenan Madiun, meliputi madiun, ponorogo, pacitan, ngawi, dan magetan.

Salah seorang pegiat pers setempat, Bambang H Irwanto menyatakan, untuk memberikan pemberitaan yang sehat dan informasi yang berkualitas tidak dapat dilakukan oleh insan pers sendiri. Melainkan perlu melibatkan unsur pemerintah maupun forpimda. Selama akses informasi publik belum maksimal, maka informasi yang disajikan pers juga tidak maksimal, tegasnya.

Pegiat hukum FWM, Mas Sri Mulyono, menilai, peran pers dalam mengakses informasi publik belum maksimal, sebab masih banyak pejabat di lingkup pemerintahan enggan memberikan informasi. Padahal, sesuai mekanisme yang berlaku, kebuntuan memperoleh informasi dapat diadukan ke Komisi Informasi hingga lembaga tertinggi ke Mahkamah Agung.

Sementara itu, Asisten II Bidang Administrasi Umum Pemkot Madiun, Agung Marsudi, menyatakan, pelayanan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Kota Madiun menggunakan sistem satu pintu. Hal tersebut berdasarkan instruksi dari walikota setempat. Hal tersebut dilakukan karena walikota masih belum mempercayai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk langsung memberikan informasi. Dikhawatirkan akan salah memberikan statemen, tegasnya.

“Yang dikeluhkan teman-teman ya kebijakan itu mungin, bahwa semua informasi harus melalui pak wali. Tapi itu kemauan bekiau memang seperti itu. Jadi kita yakinkan bersama, bahwa elemen-elemen dibawah, kalau diberi kepercayaan dan tanggungjawab saya rasa bisa untuk dipercaya. Saya harapankan nanti ada kegiatan seperti ini, biar kita saling terbuka, sehingga kita sama-sama untung, saling memberi dan saling menerima,”Ujar Agung seperti dilansir Radio Republik Indonesia, Kamis(12/2/2015).

Dalam sarasehan juga disuguhkan film dokumenter bertajuk Garis Putih Sang Wartawan karya FWM, berisi dokumentasi hasil liputan fenomena, tragedi, human interest dan sebagainya.