Anda kenal dengan Arif Abidin? Dia memang tak setenar Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta. Dia adalah lurah Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, yang dinobatkan sebagai lurah terbaik se-DKI Jakarta. Beberapa inisiatifnya patut dicontoh.
Pertama, membangun hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Arif menginisiasi forum rutin sambung rasa masyarakat dengan lurah dan camat yang digelar setiap Jumat, pukul 08.00 sampai 11.00 WIB. Ini dilakukan untuk membangun budaya keterbukaan dan saling percaya antara masyarakat dan pemerintah.
Selain ajang silaturrahmi, forum ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi dari warga sendiri, dimana pelaksanaan rekomendasu tersebut, tidak selalu bergantung pada pemerintah. Misalnya, program tabungan warga untuk anak asuh. Sebagian merupakan partisipasi masyarakat. Arif menjelaskan, warga yang ingin jadi orang tua asuh, cukup datang ke kelurahan untuk menyalurkan bantuan. “Jumlah per bulannya beragam sesuai kemauan. Ada yang Rp 50 ribu hingga Rp 1 juta.”
Menurutnya, hingga tahun 2012 lalu, ada 20 anak asuh yang disekolahkan mulai SD hingga SMA, dimana saldonya mencapai Rp. 30 juta. Untuk tahun 2013 ini, Arif menargetkan, warga punya lebih dari 50 anak asuh, yang masing-masingnya mendapatkan Rp. 250 ribu/bulan. Untuk memastikan berhak-tidaknya seorang anak mendapatkan bantuan, Arif membentuk Tim dari kelurahan yang datang ke keluarga anak bersangkutan. Arif sangat menekankan soal transparansi. Bahkan, pihaknya secara aktif memberikan laporan keuangan bulanan kepada orang tua asuh.
Pembelajaran dari lurah terbaik ini, antara lain:
1. Keterbukaan adalah pintu untuk menciptakan kepercayaan antar warga dan pemerintah
2. Keterbukaan merupakan jalan untuk mendapatkan dukungan publik, bahkan mereka tak sungkan berkontribusi dalam anggaran sebuah program kelurahan
3. Komitmen pemimpin akan melahirkan berbagai inisiatif dalam mendorong keterbukaan
4. Warga sendiri perlu diajarkan untuk terbuka dan jujur. Selain melalui keteladanan pemimpin, juga diperlukan sebuah sistem. Misalnya, membangun Tim Kelurahan yang langsung datang ke rumah warga yang ingin mendapatkan dana dari orang tua asuh.
Terakhir, ternyata menciptakan keterbukaan itu sangat sederhana, jika pemimpin daerah bersangkutan memiliki komitmen.